Anggapan Perawan Tua Hingga Stanting

Jejakkasus.info| JATENG & DIY

BANJARNEGARA- Penyuluhan, Pencegahan, dan Penanganan Stunting Desa Gemuruh Kabupaten Banjarnegara dilaksanakan pada hari rabu, 23 November 2022, Kerjasama MPM Jateng Dengan DPD RI Jateng.

Hadir dalam Kegiatan ini budayawan yang merupakan dalang wayang kulit KRAT. Ki H. Ketut Budiman ST, MT, Anggota DPD RI dapil Jateng yang juga selalu Ketua Umum FPD KNPI Jateng, Casytha Arriwi Kathmandu, Se, M.Fin, Anggota komisi E DPRD Provinsi Jateng Hj. Sri Ruwiyati, SE, MM, perwakilan Forkomimda, Perwakilan Forkomimca dan Masyarakat penerima manfaat.

Perlu masyarakat ketahui Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Masalah stunting adalah salah satu isu penting dalam dunia kesehatan anak-anak yang masih menjadi perhatian besar, khususnya anak-anak di negara terbelakang dan negara berkembang.

Stunting adalah masalah tumbuh kembang anak yang ditandai dengan tinggi badan anak yang rendah, sementara berat badannya mungkin normal sesuai dengan usianya. Anak dikatakan stunting bila tinggi badannya tidak bertambah signifikan sesuai dengan usianya atau bila dibandingkan dengan tinggi badan yang anak itu dapatkan saat baru lahir. Stunting menurut WHO (World Health Organization) disebabkan oleh kekurangan nutrisi pada bayi dalam waktu lama, kurang ASI, infeksi berulang, atau penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyerapan nutrisi dari makanan.

Faktor risiko stunting juga akibat pola asuh yang tidak memadai sejak bayi di dalam kandungan, di mana ibu hamil mungkin memiliki masalah kesehatan atau tidak memenuhi nutrisi janin selama kehamilan.

Kepada awak media Budayawan, pelaku budaya yang juga seorang dalang wayang kulit KRAT. Ki H. Ketut Budiman, ST, MT mengatakan
“budaya nikah muda harus dihilangkan mengingat banyaknya factor resiko yang ditimbulkan, Pendidikan sangat penting sebagai bekal kehidupan bagi para pemuda. Pentingnya pendampingan dari petugas KUA bagi calon pengantin sebagai persiapan memasuki masa berumahtangga, kebiasaan yang sudah menjadi tradisi seperti memasak sendiri, memberikan ASI pada anak, mendidik anak dengan sentuhan adat budaya yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh para leluhur jawa seperti mendoakan anak secara khusus tiap waktu tertentu sambil dikidungkan, memberi asupan gizi melalui makan sayur dari tanaman sendiri dipekarangan, jika anak sakit diberi obat alami atau herbal dari apotik hidup yang ditanam sendiri dipekarangan, ungkap Ki H. Kentut Budiman

Sementara itu Casytha Arriwi Kathmandu, Se, M.Fin anggota DPD RI dapil Jateng yang juga Ketua Umum DPD KNPI Jawa Tengah mengatakan
” pentingnya menyiapkan masakan sendiri dikeluarga, tidak harus bahan makanan yang mahal, yang ada disekeliling kita saja, yang penting kandungan gizinya baik dan berguna untuk anak juga anggota keluarga yang lain, pemberian asi sangat penting bagi pertumbuhan anak sampai usia 2 tahun, Ucap Casytha

Anggota komisi E DPRD Provinsi Jateng, Hj. Sri Ruwiyati, SE, MM, memaparkan tentang stanting “bahwa pola asuh anak dipengaruhi oleh Pendidikan si Ibu, masih banyak di Banjarnegara pemahaman untuk memberikan makanan yang bergizi untuk anak karena dimasyarakat masih banyak dijumpai anak-anak makan mie instan sebagai lauk nasi, jelas Sri Ruwiyati

“Remaja suka makanan siap saji dan masih banyaknya ibu-ibu yang enggan menyusui karena kuatir tidak cantik lagi, Ucap Sri Ruwiyati.

Satu hal yang unik pertanyaan dari peserta, bagaimana caranya untuk menyikapi, masih semester satu masih semangat belajar, tapi setelah sampai kampus jadi nglokro karena dikatain perawan tua, pada umumnya maksimal 19 tahun sudah pada menikah.

Dijawab mbak casitha, tidak perlu memusingkan anggapan orang lain, Pendidikan lebih utama sebagai bekal.

Waktunya menunjukkan kepada khalayak bahwa perempuan mampu dan bisa maju setelah mendapat Pendidikan yang cukup.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *