Kritikan Aktivis GEPAK Berujung Perubahan Maskot KPU Lampung

Bandar Lampung, jejakkasus.info

KPU Lampung telah mengganti maskot provinsi dari Raung dan Maung menjadi simbol yang lebih diterima oleh masyarakat adat setempat. Wahyudi, koordinator Gepak Lampung dan aktivis antikorupsi, sebelumnya mengkritik keputusan KPU yang menetapkan Raung dan Maung sebagai maskot tanpa melibatkan simbol siger, lambang kewibawaan masyarakat adat Lampung. Minggu 14-7-2024

“Dengan diubahnya maskot ini, saya berharap semua pihak dapat menerimanya,” ujar Wahyudi. Dia menambahkan bahwa masyarakat Lampung tidak ingin ada permasalahan lain muncul, terutama mengingat tahapan pilkada sudah mulai digelar. Wahyudi juga berharap pemangku adat dapat berkumpul dan merumuskan aturan penggunaan pakaian adat dalam sebuah ketetapan adat agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

Baca Juga:  Deklarasi Gabungan Relawan Massal Dukung Ganjar-Mahfud di Pringsewu: Momen Bersejarah Pemersatu Masyarakat

Lebih lanjut, Wahyudi mengharapkan pemerintah, khususnya KPU, dapat menanggapi kejadian ini dengan positif dan bijak. Menurutnya, sinergitas antara pemangku adat dan pihak pemerintah harus terus terjalin dengan baik sehingga tidak ada masalah yang merugikan kedua belah pihak.

Baca Juga:  Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Diwakili Budi Gunawan Berpesan Dalam Hari Anti Korupsi Sedunia (HAKORDIA), GEPAK Pesan Pada Pimpinan KPK

“Kami berharap segala bentuk kegiatan bisa terus melibatkan tokoh adat dengan tujuan mempertahankan adat budaya dan mengembangkan potensi budaya secara nyata,” pungkas Wahyudi, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pemerintahan di DPP Laskar Lampung.

Menurut Wahyudi, keterlibatan tokoh adat dalam kegiatan pembangunan provinsi Lampung sangat penting untuk menjaga dan mengembangkan budaya setempat. Ia menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara pemerintah dan pemangku adat untuk mencegah kesalahpahaman dan menjaga keharmonisan.

Baca Juga:  Kelabui APH dan Tantang Wartawan, Kasus Pencurian BBM Tangki Pertamina di Area Kawasan Tol Milik Sugik

Wahyudi juga mengingatkan bahwa peran serta tokoh adat dalam pembangunan tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam kemajuan provinsi Lampung. Ia berharap kejadian perubahan maskot ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk lebih menghargai dan melibatkan masyarakat adat dalam setiap keputusan penting yang diambil.

Dengan demikian, sinergitas yang baik antara pemerintah dan masyarakat adat diharapkan dapat terus terjaga dan memberikan manfaat bagi seluruh warga Lampung.

(Bambang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *