Meris! 13 Hektar Terumbu Karang di Situbondo Rusak, Komunitas Misi Bahari: Diduga Karena Bahan Kimia

Situbondo | jejakkasus.info – Komunitas Misi Bahari menemukan fakta tidak menyenangkan terkait terumbu karang di wilayah perairan kabupaten Situbondo, khususnya perairan Watu Kenong, Pasir Putih Situbondo.

Ketua Komunitas Misi Bahari, Aglendy Rois Oktavirdi atau akrab disapa Glen mengungkapkan bahwa seluas 13 hektar Terumbu Karang di perairan watu kenong mengalami kematian dan kerusakan parah.

“Ini sangat mengejutkan karena pada bulan 9 Tahun 2024 lalu kerusakan terumbu karang di wilayah tersebut masih seluas 10 hektar dan beberapa waktu lalu kami mengadakan acara disana dan diketahui kerusakan sudah melebar menjadi seluas 13 hektar,” ungkap Glen.

Ia menjelaskan berdasarkan dugaan sementara kerusakan terumbu karang di perairan watu kenong tersebut diakibatkan oleh bahan kimia, namun belum pasti jenis bahan kimia yang terkandung Jum’ at 20 Juni 2025.

“Kalau dari ciri-ciri kerusakannya, antara lain terumbu karang mati berwarna coklat kehitaman, adanya lumut atau alga yang menempel di terumbu karang dan karang sangat keropos atau mudah hancur. Dari pengamatan ahli melalui foto dan video diduga karena bahan kimia yang biasa terkandung dalam kaporit,” jelasnya.

Kalau dari limbah perumahan, kata Glen tidak mungkin karena disekitar perairan tersebut jauh dari pemukiman. “Kalau dari pemukiman paling dekat itu di pom klatakan, kalau memang dari sana seharusnya terumbu karang yang dilewati juga rusak, ini ternyata tidak,” kata Glen.

Komunitas Misi Bahari menduga kerusakan terumbu karang tersebut dikarena kegiatan pembuangan air limbah yang tidak sesuai aturan.

“Seharusnya semua pengusaha penginapan, tambak maupun tempat wisata punya IPAL, agar limbah tidak langsung dibuang ke laut. Kami tidak berniat atau memiliki tujuan agar usaha mereka ditutup, tidak sama sekali, mungkin karena ketidaktahuan mereka tentang ekosistem laut. Maka dari itu kami membuka ruang diskusi pendidikan terkait hal tersebut,” ujarnya.

Glen juga menambahkan bahwa hampir 70 persen oksigen di Bumi berasal dari ekosistem laut. “Oksigen di bumi itu mayoritas berasal dari ekosistem laut. Ini saja, dengan rusaknya 13 hektar Terumbu Karang di perairan watu kenong ditafsir 5 kuintal oksigen yang harusnya bisa diproduksi karang akhirnya hilang percuma,” imbuhnya kepada awak media.

Sementara itu, Anggota Komisi III DPRD Situbondo, Johantono menyatakan akan menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan memanggil Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.

“Kita akan memanggil pihak DLH dulu, untuk memastikan apakah tempat usaha disepanjang pantai pasir putih itu sudah memiliki IPAL atau belum, dan juga terkait penyebab kerusakan terumbu karang itu,” kata Legislator dari Partai PPP itu.

Tidak hanya itu, Johantono juga menegaskan bahwa kerusakan terumbu karang merupakan hal yang harus menjadi perhatian, mengingat potensi kelautan di Situbondo bergantung kepada kelestarian ekosistem lautnya.

“Kalau ekosistemnya rusak, nelayan akan kesulitan mencari ikan, bahkan harus melaut jauh ke tengah untuk mendapatkan ikan. Tapi kalau ekosistemnya bagus tidak perlu ke perairan madura pun nelayan kita bisa dapat ikan,” pungkasnya.( Hsn ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *