Pasar Perreng Situbondo Bangkit dan Juga Dikenal Pasar Seroja Tempo Doeloe

Simbol Ekonomi Rakyat dan Keberagaman Budaya Yang Menggugah Antusias Masyarakat Situbondo.

SITUBONDO | jejakkasus.info – Selama puluhan tahun Pasar perreng atau juga dengan sebutan Pasar Seroja Tempo Doeloe hanya menjadi kenangan, Pasar Perreng yang berlokasi di Jalan Mawar, Kelurahan Patokan, akhirnya kembali berdenyut jantung masyarakat patokan dengan terpilihnya Bupati Muda Situbondo Mas Rio dan Mbak Ulfiah. Akhirnya Pasar perreng dibuka kembali pada Jumat malam, 20 Juni 2025, pasar legendaris ini tak sekadar menjadi tempat transaksi ekonomi, tapi juga ruang ekspresi budaya dan kebangkitan ekonomi kerakyatan di jantung Kabupaten Situbondo.

Kebangkitan Pasar Perreng tak lepas dari inisiasi kolaboratif antara Kelurahan Patokan dan Kecamatan Situbondo. Acara peresmian berlangsung meriah, menghadirkan jajaran pimpinan daerah, termasuk Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo (akrab disapa Mas Rio), Wakil Bupati Ulfiyah (Mbak Ulfi), dan Ketua TP PKK Kabupaten Situbondo, Husna Laili. Hadir pula Sekda Wawan Setiawan, Camat Situbondo Jupri Setio Utomo, Lurah Patokan Aris Priyo Susanto, serta perwakilan Forkopimcam dan OPD setempat.

Dicky Pradana, panitia pelaksana, menyebutkan bahwa dari 98 petak kios yang tersedia, 65 di antaranya telah diisi oleh perwakilan RT se-Kelurahan Patokan. Sisanya ditempati warga setempat. Antusiasme tinggi ini menandakan besarnya harapan masyarakat terhadap kebangkitan pasar sebagai pusat UMKM baru di kabupaten Situbondo.” Ujarnya.

Lurah Patokan, Aris Priyo Susanto, menegaskan bahwa Pasar Perreng akan menjadi agenda rutin setiap Jumat malam. Selain aktivitas ekonomi, pasar ini akan difungsikan sebagai panggung seni dan kreativitas, khususnya bagi pelajar dan pemuda Situbondo.

Kemeriahan pembukaan dibalut nuansa religius yang syahdu saat Mbak Ulfi melantunkan Sholawat Nariyah. Suasana sakral menyelimuti seluruh area, menambah khidmatnya malam pembukaan dan mempererat emosional kolektif warga yang hadir.

Dalam sambutannya, Mas Rio mengenang masa kecilnya yang lekat dengan kawasan Pasar Perreng. “Saya dulu sering main di sini, di rumah teman saya Purwadi Antonius. Jalan ini bukan tempat asing bagi saya,” kenangnya penuh nostalgia.
Ia memuji tiga aspek utama dari kebangkitan pasar ini:

1. Menghidupkan Warisan Lokal
“Pasar Perreng ini dulunya pusat ekonomi. Bagi generasi 60-an, nama ini sangat ikonik. Membawa kembali sesuatu yang hilang itu luar biasa,”ujarnya.

2. Perayaan Keberagaman Budaya
Mas Rio terkesan dengan keragaman pakaian adat peserta, dari Papua hingga Tionghoa. “Saya ingin Situbondo menjadi rumah bagi seluruh anak bangsa,” tegasnya.

3. Pelibatan UMKM Baru
Ia menyebut kegiatan ini sebagai bukti nyata pemberdayaan ekonomi rakyat. “Inilah contoh Situbondo naik kelas,” tuturnya dengan semangat.

Mas Rio bahkan membandingkan geliat Pasar Perreng dengan kawasan Burnik di Dawuan yang kini menjelma menjadi pusat keramaian dan kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan perguruan tinggi.

Kebangkitan Pasar Perreng bukan sekadar seremoni, tapi simbol lahirnya kembali identitas lokal Situbondo. Di tengah arus modernisasi, pasar ini menjadi bukti bahwa semangat gotong royong, keberagaman budaya, dan kekuatan ekonomi rakyat masih menjadi fondasi utama dalam membangun masa depan yang inklusif dan berdaya saing.

Ekonomi lokal, UMKM Situbondo, Pasar Perreng, budaya daerah, kebangkitan pasar tradisional JAMAN DOELOE Pasar perreng banyak para pedagang dari luar desa yang buka tempat bermacam macam jualan termasuk jenis ikan laut juga ada. ( * )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *