Sebuah Karomah Yang di Dapat Tanpa di Sadari

Jejakkasus.info | Hikmah Islami

Di sebuah desa di daerah Jawa Tengah tinggal seorang pemuda yg berprofesi sebagai petani, sebut saja namanya Pardi.
Dalam kebutuhan hidup sehari hari Pardi hanya mengandalkan dari hasil buruh tani
Meskipun hasil dari buruh tani hanya cukup untuk makan, ia tetap bersyukur karena masih diberikan kenikmatan berupa sehat jasmani dan ruhani.

Pardi selalu istiqomah dalam beribadah, bahkan ia menjadi marbot sekaligus muadzin musholla di kampungnya.
Saat musholla di kampungnya akan mengadakan pengajian untuk memperingati Maulid Nabi, dgn penuh semangat ia membersihkan musholla sambil mengucapkan sholawat atas Nabi Muhammad SAW dgn penuh kegembiraan.

Acara yang ditunggu tunggu pun tiba, para panitia sibuk mempersiapkan diri utk menyambut kedatangan seorang Kyai yg akan mengisi tausiah dlm acara pengajian tersebut, sesekali Pardi melihat keluar apakah Kysi tsb sudah datang.

Ketika Kyai sudah datang, ia menyeruak keluar ingin bersaliman dan mencium tangan kyai sebagai bentuk takdim.

Tapi beberapa panitia melarang dan menegur karena Pardi tdk berseragam sebagai panitia dan pakaian serta sarung yg ia kenakan lusuh dan kopyah yg sudah usang hitam kecoklatan.
“Di… Di…awakmu ojo melu metu, ng mburi wae ngurusi konsumsi kanggo kyai lan jamaah pengajian” Ujar ketua panitia.
“Enggeh mas” Jawab Pardi.

Pardi pun mundur kembali kebelakang untuk mempersiapkan segala macam makanan. Acara inti pun tiba, sang kyai pun mulai bertausiah dan diakhiri dgn pembacaan sholawat yg dipimpin oleh kyai tersebut.

Pardi mengikuti bacaan sholawat dgn penuh khidmat, namun dlm hatinya ia bergumam “Mocone Seng bener iku sakjane seng ndi toh? koq enek seng moco shollu enek seng moco sholli, walah mengko wae lah tak takon kyai sak marine pengajian”.

Usai pengajian sang kyai berpamitan pulang dgn d antar para panitia masuk ke dalam mobilnya.
Pardi yg masih sibuk memberesi piring² kotor tertinggal untuk menanyakan perihal yg ingin ia tanyakan.

Mobil sang kyai sudah berada di kejauhan dan Pardi berusaha mengejar mobil itu, ia berkata lagi dalam hati “waduh…ora iso nututi mobile nek aq nguber lewat dalam iki, mending tak nyebrang kali wae”.

Sambil berlari Pardi berteriak ” Yai…yai kulo bade tangglet,bacaan seng bener niku seng pundi? Shollu nopo sholli? .
Dari kejauhan para panitia melongo karena Pardi berlari menyeberang di atas sungai yg tdk ada jembatan dan tanpa bantuan alat apapun, ia seperti melayang diatas air.

Kejadian itupun tak luput dari penglihatan sang kyai yg ia kejar, seketika sang kyai menyuruh sopir utk berhenti, kyai pun turun dan menghampiri Pardi yg sudah terengah engah, napasnya ngos²an karena lari mengejar mobil sang Kyai.

Setelah berhadapan dgn sang kyai Pardi langsung mencium tangan Kyai tersebut, ia pun mengutarakan pertanyaannya kembali. Dengan berurai air mata sang kyai berkata “subhanallah….subhanallah….subhanallah,shollu opo sholli podo benere le….

MasyaAllah awakmu di paringi derajat mulyo karo Allah SWT, oleh mahabbah teko Kanjeng Nabi Muhammad SAW, kowe nduweni karomah iso mlaku ono nduKure banyu”.
” Inggih matur nuwun Yai ” Jawab Pardi dgn penuh takdzim. Sang Kyai memeluk Pardi dan balik mencium tangannya namun Pardi merasa segan lalu menarik tangannya.

Hikmah apa yg bisa kita petik dan bisa kita jadikan tauladan dari kisah di atas..?!

(AR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *