Silaturahmi Lemtari dengan Disbudpar Babel

Jejakkasus.info l PangkalpinangProvinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), adalah negeri multi etnis atau multicultural/majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa Indonesia seperti, Suku Jawa, Sunda, Bugis, Boton, Madura, Bali, Batak, Melayu, Tionghoa/China dan lainnya. Oleh karenanya kesatuan, persatuan, dan keseimbangan berbangsa dan bernegara perlu dikedepankan oleh semua pihak. Sehingga negeri yang didirikan oleh para pendiri provinsi (founding fathers) yang meletakkan negeri berlandaskan adat budaya negeri terwujud dengan baik.

Lemtari (Lembaga Tinggi Masyarakat Adat Republik Indonesia) Babel, bukan lembaga lokal, bukan lembaga yang mengedepankan salah satu etnis. Tapi Lemtari adalah lembaga tinggi masyarakat adat yang bersifat nasional. Lemtari akan mengakomodir semua suku bangsa Indonesia dan arena di Lemtari bergabung utusan kesukuan bangsa.

Hal itu disampaikan Ketua DPW Lemtari Babel Dato Rdo Sri Sardi, MM saat membuka silaturahmi bersama Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Belitung di Dinas Budpar Babel, Kamis 10 Desember 2020.

Acara silaturahmi ini dari pihak Disbudpar Babel dihadiri langsung Kabid Kebudayaan, Datuk Engkus. Sementara dipihak DPW Lemtari Babel dihadiri Dato Rdo Sri Sardi, MM (Ketua DPW Lemtari Babel), Rdo Sri Yanto, M.Pd (Wakil Ketua), Rdo Drs Mulyono (Sekretaris), Cik Rdo Asri Yani (Wakil Bendahara), Cik Rdo Maria Susanti, M.Pd (Karo Sosdikbud), Tris Mardiana (Biro Organiasasi), Norita (Biro Kajian Adat Budaya), Cik Rdo Farida Syahab, SE (Biro wisbud dan ekonomi kreatif), dan Era Mayang Sari.

Ditambahkan Dato Sardi, Lemtari bukan lembaga adat tandingan terhadap lembaga adat lainnya yang ada di Babel, namun Lemtari hadir untuk bermitra dengan lembaga yang sama visi dan misinya.

“Lemtari bisa bekerjasama dengan lembaga lainnya untuk membantu menyelesaikan permasalahan terkait issu, adat, budaya, sosial, pendidikan, ekonomi, lingkungan hidup dan sebagainya melalui pendekatan adat dan budaya,” jelas Sardi.

Babel sebagai daerah multikultural, masyarakat yang terdiri dari lebih dari satu tatanan sosial, masyarakat, suku bangsa, atau kelompok yang secara kultural, wajib menjunjung tinggi adat istiadat masing-masing. Masyarakat Babek yang Bhineka Tunggal Ika, bukan lagi hanya berkutat pada keanekaragaman suku bangsa, melainkan keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat. “Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat yang multikultural adalah, multikulturalisme, yaitu, sebuah pandangan yang mengakui dan mengagumkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individual maupun secara kebudayaan. Multikulturalisme dapat berkembang ketika didukung adanya toleransi dan kesediaan untuk saling menghargai. Lemtari Bangka Belitung, insya Allah hadir untuk mempererat hubungan silaturahmi, persatuan, kesatuan, kebersamaan antara etnis yang ada,” jelas pria yang menerima penghargaan adat dari etnis Bali, gelar Pangeran Agung dari Kerajaan Singaraja Buleleng Bali.

Salah satu program yang akan dilaksanakan Lemtari dalam rangka pelaksanaan misi tersebut adalah,  program dialog adat budaya antar etnis dan penyelenggaraan Festival Multi Etnis di Babel.”Kami berharap program ini mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Babel, khususnya dan pemerintah provinsi umumnya. Ini akan kita gelar bersamaan dengan Dirgahayu atau hari jadi provinsi Babel,” harap Dato Sardi.

Sementara Kabid Kebudayaan Disbudpar Babel Datuk Engkus mengatakan, menyambut baik kehadiran Lemtari di Babel dan akan mendukung dalam setiap upaya untuk mempersatukan dan kedamaian negeri melalui adat budaya.”Saya mengikuti kelahiran Lemtari, waktu acara pengukuhan saya hadir. Jika visi dan misi Lemtari ini bisa terwujud, ini merupakan kekayaan Babel. Saya yakin jika jadi festival ini akan memakan waktu tiga empat hari. Inilah kekayaan kebudayaan kita,” ujar Engkus.

Engkus mengatakan, secara nasional IPK (Indeks Pembangunan Kebudayaan) Babel, sudah diatas rata-rata nasional.“Indonesia kini memiliki IPK yang merupakan, instrumen baru untuk mengukur capaian kinerja pembangunan kebudayaan di setiap provinsi di Indonesia. Capaian Babel sudah diatas rata-rata,” jelas Engkus.

Dengan keberadaan Lemtari, IPK Babel diharapkan, akan semakin baik kedepannya. IPK sendiri bertujuan,  untuk memotret capaian pembangunan kebudayaan di wilayah provinsi. Adapun proses penghitungan IPK terdiri dari 6 (enam) tahap, diantaranya adalah, Pemetaan Indikator Kandidat Penyusun IPK, Proses Seleksi Indikator, Indikator Hasil Seleksi, Normalisasi Indikator, Penentuan Bobot Tiap Dimensi, dan Penghitungan IPK. IPK disusun atas 7 (tujuh) dimensi dengan rincian antara lain Dimensi Ekonomi Budaya, Dimensi Pendidikan, Dimensi Ketahanan Sosial Budaya, Dimensi Warisan Budaya, Dimensi Ekspresi Budaya, Dimensi Budaya Literasi, dan Dimensi Gender.
“Dari hasil itu, Provinsi Kepualauan Babel mencapai, nilai di atas angka nasional dalam hal IPK Tahun 2018, IPK angka nasional sebesar 53,74. Sedangkan Babel, mencapai nilai 54,37. Alhamdulillah,” papar Engkus serta menyarankan agar kegiatan Lemtari bisa bekerjasama dengan OPD terkait di Babel. (Jenny Siskawati)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *