Mojokerto | jejakkasus.imfo – Malam Sabtu berubah mencekam di sebuah warung bakso Solo di wilayah Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, saat tiga karyawan warung tersebut menjadi korban penganiayaan brutal oleh dua pria berinisial Y dan A, yang tak lain adalah anak pemilik warung. Kejadian tragis ini berlangsung pada Sabtu malam, (5/4/2025), sekitar pukul 20.00 WIB.
Pemicu insiden bermula dari dugaan pencurian uang penjualan bakso oleh seorang karyawan berinisial K, yang masih di bawah umur. Setelah mengakui perbuatannya, K justru menjadi bulan-bulanan Y dan A. Tak hanya dipukul dengan tangan kosong, ia juga dihajar menggunakan paving block dan potongan besi dari sepeda yang ada di sekitar lokasi.
Akibat serangan itu, K mengalami luka serius di bagian wajah dan tubuh. Dua rekannya, Ys(24) dan Ef (20), yang mencoba menolong, turut menjadi korban kekerasan. Mereka juga dipukul secara membabi buta oleh kedua pelaku, tanpa peringatan maupun pencegahan dari pihak lain.
“Kami hanya berniat menolong, tapi justru ikut dianiaya. Bahkan pelaku sempat menggunakan besi sepeda untuk memukul kepala kami,” ujar Ys, salah satu korban, saat ditemui, Jumat (11/4/2025).
Ys diketahui sudah melaporkan kejadian ini ke Polsek Dlanggu, sedangkan P melaporkan ke Polres Mojokerto. Polisi telah menerima laporan dan menyatakan bahwa kasus ini dalam proses penanganan. Namun hingga kini, kedua pelaku belum ditahan dan masih bebas berkeliaran.
Mirisnya, saat kejadian, pelaku juga menyita barang-barang pribadi milik para korban. Tindakan ini menambah tekanan psikologis bagi korban yang sudah menderita akibat kekerasan fisik.
Ys bersama keluarganya saat melapor ke Polsek Dlanggu
Sementara itu, beredar kabar bahwa pihak keluarga pelaku mengusulkan penyelesaian damai secara kekeluargaan. Namun Ys menolak tawaran tersebut dan menegaskan bahwa proses hukum harus tetap berjalan.
“Kami tidak ingin ada korban lain. Biarlah hukum yang bicara,” tegasnya.
Masyarakat sekitar menyesalkan lambannya tindakan hukum atas peristiwa ini. Banyak yang mendesak pihak kepolisian segera mengamankan pelaku untuk menghindari potensi gangguan keamanan dan memberikan rasa keadilan bagi korban.
Kasus ini menjadi sorotan penting terkait perlindungan tenaga kerja informal, terlebih mereka yang masih di bawah umur, serta mendesak perlunya proses hukum yang transparan dan tegas agar tak menjadi preseden buruk di kemudian hari.
Sementara itu, kami berusaha mengkonfirmasi kasus ini kepada pemilik Bakso Solo Dlanggu. Saat kami menghubungi melalui aplikasi Whatsapp pada Sabtu (12/4/2025) pada pukul 12.25 WIB namun belum ada balasan.(EVA)
Mojokerto – Malam Sabtu berubah mencekam di sebuah warung bakso Solo di wilayah Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, saat tiga karyawan warung tersebut menjadi korban penganiayaan brutal oleh dua pria berinisial Y dan A, yang tak lain adalah anak pemilik warung. Kejadian tragis ini berlangsung pada Sabtu malam, (5/4/2025), sekitar pukul 20.00 WIB.
Pemicu insiden bermula dari dugaan pencurian uang penjualan bakso oleh seorang karyawan berinisial K, yang masih di bawah umur. Setelah mengakui perbuatannya, K justru menjadi bulan-bulanan Y dan A. Tak hanya dipukul dengan tangan kosong, ia juga dihajar menggunakan paving block dan potongan besi dari sepeda yang ada di sekitar lokasi.
Akibat serangan itu, K mengalami luka serius di bagian wajah dan tubuh. Dua rekannya, Ys(24) dan Ef (20), yang mencoba menolong, turut menjadi korban kekerasan. Mereka juga dipukul secara membabi buta oleh kedua pelaku, tanpa peringatan maupun pencegahan dari pihak lain.
“Kami hanya berniat menolong, tapi justru ikut dianiaya. Bahkan pelaku sempat menggunakan besi sepeda untuk memukul kepala kami,” ujar Ys, salah satu korban, saat ditemui, Jumat (11/4/2025).
Ys diketahui sudah melaporkan kejadian ini ke Polsek Dlanggu, sedangkan P melaporkan ke Polres Mojokerto. Polisi telah menerima laporan dan menyatakan bahwa kasus ini dalam proses penanganan. Namun hingga kini, kedua pelaku belum ditahan dan masih bebas berkeliaran.
Mirisnya, saat kejadian, pelaku juga menyita barang-barang pribadi milik para korban. Tindakan ini menambah tekanan psikologis bagi korban yang sudah menderita akibat kekerasan fisik.
Ys bersama keluarganya saat melapor ke Polsek Dlanggu
Sementara itu, beredar kabar bahwa pihak keluarga pelaku mengusulkan penyelesaian damai secara kekeluargaan. Namun Ys menolak tawaran tersebut dan menegaskan bahwa proses hukum harus tetap berjalan.
“Kami tidak ingin ada korban lain. Biarlah hukum yang bicara,” tegasnya.
Masyarakat sekitar menyesalkan lambannya tindakan hukum atas peristiwa ini. Banyak yang mendesak pihak kepolisian segera mengamankan pelaku untuk menghindari potensi gangguan keamanan dan memberikan rasa keadilan bagi korban.
Kasus ini menjadi sorotan penting terkait perlindungan tenaga kerja informal, terlebih mereka yang masih di bawah umur, serta mendesak perlunya proses hukum yang transparan dan tegas agar tak menjadi preseden buruk di kemudian hari.
Sementara itu, kami berusaha mengkonfirmasi kasus ini kepada pemilik Bakso Solo Dlanggu. Saat kami menghubungi melalui aplikasi Whatsapp pada Sabtu (12/4/2025) pada pukul 12.25 WIB namun belum ada balasan.(EVA)